Senin, 27 Juni 2011

NASIB SEORANG PRESIDEN

Oleh : Endarto, S.Pd (Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Banten)


Judul diatas adalah kalimat bernada keluhan yang disampaikan oleh Presiden SBY dihadapan ratusan petani beberapa waktu lalu ketika panen raya di Cianjur dimana pada saat yang sama dia difitnah oleh Zaenal Maarif wakil ketua DPR bahwa dia sudah pernah menikah sebelum masuk AKABRI. Dan mungkin ini merupakan keluhan yang sama dari Presiden-Presiden RI paska Pak Harto.
Melihat situasi akhir-akhir ini kita prihatin melihat perjalanan Republik ini. Bermula dari keinginan untuk melakukan reformasi yang akhirnya terkesan kebablasan dan tanpa arah yang jelas. Kehidupan demokrasi kita diwarnai dengan berbagai gejolak dan pertikaian politik yang tak kunjung berakhir.
Pertama berawal dari penurunan Suharto tahun 1998 yang menelan banyak korban, penolakan pertanggungjawaban Habiebie, pencopotan Gus Dur serta naiknya Megawati sampai hiruk - pikuk Pemilu Presiden secara langsung pertama di Indonesia pada tahun 2004 yang  dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudoyono- Jusuf Kalla serta yang kedua tahun 2009 dimenangkan pasangan Susilo Bambang Yudoyono-Budiono.
Pergantian-pergantian tersebut berlangsung sangat cepat dimana sampai tahun 2004  hanya dalam tujuh tahun kita sudah berganti presiden lima kali, luar biasa. Sedangkan pada rentang waktu yang sama Gubernur DKI hanya dipimpin oleh orang yang sama yaitu Sutiyoso. Bandingkan pula dengan masa kekuasaan 2 presiden pertama Indonesia yaitu Bung Karno dan Pak Harto yang masing-masing berkuasa selama 22 tahun dan 32 tahun.
Kita tahu yang menjadi Presiden pada waktu itu merupakan orang-orang pilihan yang dimiliki oleh Republik ini. Akan tetapi setelah menjadi Presiden mereka seolah-olah seperti tak ada artinya. Ini dapat kita lihat dengan adanya berbagai serangan dan kritik dari berbagai pihak yang intinya mereka tidak percaya kepada Presiden dan  menuntutnya agar mundur.

Bung Karno
BK  adalah tokoh perjuangan yang bersama Bung Hatta  beserta tokoh pejuang lainnya bahu-membahu dengan berbagai cara untuk merebut kemerdekaan. Beliau diasingkan dari satu tempat ke tempat lainya bahkan juga sempat dipenjara oleh Belanda demi kemerdekaan kita. Beliau bersama Moh Hatta memprokalamasikan kemerdekaan RI, yang selanjutnya diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Dengan segala keterbatasan beliau merintis negara dan pemerintahan RI. Walaupun pemerintah belum stabil dan pembangunan belum berjalan, tetapi paling tidak beliau sudah meletakkan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di dunia Internasional orator ulung ini juga sangat dikenal diantaranya sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok dan juga penyelenggara Konferensi Asia-Afrika Tahun 1955. Beliau juga dikenal luas dalam pergaulan internasional. Tetapi akibat G 30/S PKI Tahun 1965, tokoh yang pernah kita angkat sebagai presiden seumur hidup ini mundur dalam kesedihan dan penderitaan, seolah tidak pernah berjasa buat negeri ini. Beliau diasingkan di Wisma Yaso, terpisah dari keluarga, sahabat dan rakyat yang sangat dicintainya hingga meninggal tahun 1970.

Pak Harto
Kurang apa juga beliau ini. Beliau ada ketika negeri ini membutuhkan. Ketika dunia internasional masih meragukan kedaulatan dan kemerdekaan kita, beliau tujukkan dengan Serangan Oemoem 1 Maret 1949 di Yogyakarta sehingga kedaulatan kita akhirya diakui oleh Belanda. Ketika keutuhan NKRI belum sempurna, beliau pimpin Komando Mandala sehingga Papua kembali ke pangkuan NKRI tahun 1963. Ketika Republik ini dalam bahaya akibat terbunuhnya para petinggi militer kita oleh PKI, beliau turun untuk mengatasi situasi dan PKI bisa enyah dari bumi Indonesia. Dan ketika Orde Lama meninggalkan negeri ini dalam keadaan bobrok beliau benahi dengan menyusun GBHN dan Repelita dari Pelita I sampai VII.
Investasi asing dibuka, Pembangunan di titik beratkan pada tiga hal yaitu Stabilitas Nasional, Pertumbuhan dan Pemerataan. Beliau paham mayoritas rakyat adalah petani, maka pembangunan pertanian diutamakan. Dibuat bendungan dan irigasi diberbagai daerah, dibuat pabrik-pabrik pupuk, diangkat para penyuluh pertanian  hingga akhirnya kita Swasembada Beras Tahun 1984 dan mendapat penghargaan PBB.
Berbagai industri juga dibangun, infrastruktur jalan, jembatan, sekolah, RS, puskesmas termasuk Masjid Pancasila dibangun di seluruh Indonesia. Jumlah penduduk dikendalikan dengan KB yang juga mendapat penghargaan PBB. Pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8% dan puncaknya tahun 1995 mencapai 8,1 % sampai kita disebut Macan Asia. Kehidupan bernegara terasa aman dan stabil termasuk kondisi politik dan sosial budaya. Walaupun memang beliau dianggap otoriter dan banyak melanggar HAM dalam memerintah, tetapi di jaman Pak Harto inilah kita baru bisa melaksanakan pembangunan, sehingga beliau mendapat gelar Bapak Pembangunan.
Sayang, semua berakhir dengan tragis. Tahun 1998 ketika beliau baru di Mesir, Jakarta rusuh. Demonstrasi merebak, banyak korban berjatuhan. Entah siapa yang bersalah dalam peristiwa ini. Yang jelas kemudian Pak Harto dihujat habis-habisan seolah tidak pernah berjasa terhadap Indonesia hingga akhirnya terjungkal dari tampuk kekuasaan. Yah, sekali lagi Presiden kita turun dengan tidak terhormat.

Habibie, Gus Dur dan Megawati
Tiga Presiden ini bisa kita sebut Presiden Transisi. Habiebie adalah teknokrat kebanggaan kita, ikon intelektual yang kita kagumi bahkan oleh dunia internasional. Tetapi saat berkuasa demo dan hujatan tiada henti tertuju padanya. Padahal beliaulah termasuk yang “menyelamatkan” negeri ini di saat transisi dari Orde Baru ke Orde Reformasi sehingga bisa kita lewati dengan selamat tidak seperti Uni Sovyet yang pecah berantakan. Akhirnya iapun harus turun dengan sedih ketika pertanggungjawabannya ditolak diiringi pidato hujatan dari fraksi-fraksi di MPR. Ya ,beliau memang punya kesalahan terkait Timor Timur, tetapi jasanya pun seharusnya tidak kita lupakan.
Gus Dur. Tokoh ini memang kontroversial. Seharusnya bukan beliau yang berhak jadi Presiden. Tetapi karena situasi yang sulit saat itu dimana pendukung Habiebie dan Mega saling berhadapan, banyak tokoh yang meragukan bila Mbak Mega jadi Presiden karena kurang pengalaman dan partai-partai Islam yang kurang setuju wanita jadi Presiden, maka Poros Tengah memunculkan Gus Dur sebagai alternatif. Sekalipun dilihat dari segi kesehatan saat itu sebenarnya tidak memungkinkan, tetapi tetap juga ia didorong untuk jadi Capres.  Paling tidak untuk sementara waktu tokoh ini sudah menyelamatkan situasi. Tetapi tak lama kemudian, oleh Poros Tengah juga, akibat Bulog Gate, tokoh Pluralisme inipun harus turun di tengah jalan.”Kau yang memulai, kau pula yang mengakhiri.
Demikian juga dengan Megawati, bersama PDIP sebagai pemenang Pemilu 1999 seharusnya beliau yang menjadi Presiden. Tetapi karena takdir Presiden memang sudah menjadi garis tangannya, maka Gus Durpun turun dan iapun naik jadi Presiden. Untuk kali ini tidak banyak yag menolaknya, termasuk poros tengah. Dalam masa pemerintahannyapun tidak sepi dari demo. Apalagi beliau dianggap banyak diam dalam menghadapi berbagai persoalan. Beliau turun tanpa gejolak, walaupun harus kecewa 2 kali karena kalah dalam Pilpres 2004 dan 2009 dari SBY.

SBY
Sejak dari Akademi Militer di Magelang ia sudah berprestasi. Selanjutnya bintangnya pun terus bersinar terutama setelah menjadi Danrem Pamungkas di Jogja, Komandan Military Observer PBB di Bosnia, Pangdam Brawijaya, Assospol Kassospol ABRI, Aster TNI, anggota Fraksi ABRI di era reformasi. Di era Gus Dur ia diangkat menjadi Mentamben, kemudian menggantikan Wiranto sebagai Menkopolkam, dan ia mundur sebelum Gus Dur turun karena tidak mau mengemban Dekrit yang dianggapnya menyalahi Konsitusi.
Di Jaman Megawati ia tetap di posisi yang sama hingga akhirnya karena perannya dibatasi oleh Megawati jelang Pilpres 2004 maka ia mundur dari kabinet hingga menang Pilpres bersama JK pada tahun itu. Dan kemenanganya di ulangi kembali ketika berpasangan dengan Budiono pada Pilpres 2009.
Di era pemerintahannyapun sebenarnya banyak pula yang diperbuat, seperti mengatasi Tsunami dan rehabilitasi Aceh-Nias dan Gempa DIY, Perdamaian Aceh,  Pengangkatan pegawai dan guru honorer serta Sekdes jadi PNS, Sertifikasi Guru, melunasi IMF, Kereta Rel Ganda, jembatan Suramadu dan Tol Cipularang, Program Gas, anggaran pendidikan 20%, Pemberantasan terorisme, hingga tahun 2011 ini APBN melonjak menjadi Rp.1.250 triliun serta devisa negara sekitar US $115 miliar.
Ia dinobatkan sebagai tokoh paling berpengaruh di Asia “ Star Asia 25” oleh Business Week dan masuk 100 tokoh berpengaruh dunia versi majalah Time, belakangan oleh PBB kita juga mendapat penghargaan sebagai negara tanggap bencana. Tetapi hujatan dari sana sinipun tidak lepas darinya bahkan juga digoyang oleh partai-partai anggota koalisi dan oposisi, sampai ada yang bilang ia lembek dan tidak tegas. Terlebih kasus-kasus belakangan yang mengganggu pemerintahannya seperti Century, Bibit-Chandra, Antasari, Gayus sampai ke Nazarudin. Dunia internasional mengakui kepiawaiannya tetapi di dalam negeri banyak yang mencercanya dan memintanya mundur.
Terus tokoh seperti apakah yang kita inginkan untuk memimpin negeri ini, karena dari tokoh sekaliber Soekarno sampai SBY seolah tak lepas dari segala macam kritikan dan cemoohan yang menunjukkan ketidakpuasan.
Kalau tokoh-tokoh seperti itu, Presiden demi Presiden yang kita miliki kita anggap tidak mampu dan kita tolak terus, apakah ada tokoh maha sempurna dan tanpa cacat yang paling pantas menjadi Presiden RI ? Sepertinya tidak ada dan tidak akan pernah ada karena setiap pemimpin atau tokoh disamping punya kelebihan mereka juga memiliki kekurangan-kekurangan. Atau barangkali karena semua tokoh dari manusia kita tolak, mungkin Indonesia ini paling cocok dipimpin oleh seorang Dewa atau Malaikat ?
Tapi takutnya yang dikirim oleh Yang Maha Kuasa  ke bumi Indonesia ini bukannya malaikat rahmat tetapi justru “ malaikat pencabut nyawa.” Karena Tuhan YME sudah murka melihat bangsa Indonesia yang nggak pernah mau rukun dan tidak pernah puas serta tidak percaya kepada pemimpinnya yang notabene adalah pilihan kita sendiri. Kalau sampai ini terjadi …wah… habislah kita.
Itulah yang perlu kita renungkan  bahwa kita tidak akan pernah punya tokoh Superman yang tanpa cacat dan maha sakti untuk memimpin negeri ini serta mampu mengubah keadaan dalam waktu singkat
Karena itu marilah kita segera insyaf, berusaha sabar dan menerima dengan ikhlas pemimpin yang kita pilih sendiri ini, kita dukung, kita bantu dan kita beri kesempatan untuk bekerja walaupun siapapun dia tidak bisa berbuat luar biasa dalam waktu sekejab apalagi hanya satu periode. Hal ini mengingat masalah peninggalan Orde Baru dan masa pergolakan Reformasi sangatlah banyak dan luar biasa beratnya.
Anggaplah dalam masa jabatannya itu ia akan berbuat untuk kemajuan bangsa ini sampai pada level tertentu, kemudian Presiden selanjutnya akan melanjutkannya sampai pada level yang lebih tinggi dan seterusnya. Dan mereka akan berhasil apabila seluruh rakyat sesuai dengan posisi dan kedudukannya masing - masing berbuat yang terbaik untuk bangsa, karena tidak mungkin mereka bekerja sendiri untuk memajukan bangsa.
Marilah coba kita analisis apa hal-hal positif yang telah dilakukan oleh Presiden-presiden kita dan apa pula hal-hal negatif yang telah dilakukannya. Hal-hal positifnya tentu harus kita apresiasi dan yang negatif perlu menjadi catatan agar tidak terulang kembali. Dengan demikian kita telah meletakkan para mantan pemimpin kita pada tempat yang terhormat, bukan terus mengutuknya sampai dia tiada, karena besar atau kecil dia telah berjasa buat negeri ini.
Termasuk disini adalah SBY-Budiono yang pada saat ini sedang berkuasa. Marilah kita nilai secara jujur, obyektif dan adil menilai apakah yang telah mereka lakukan.  Dan kita bandingkan dengan masa presiden-presiden sebelumya, adakah perbaikan di sana-sini atau hanya membawa kemunduran saja.
Kalau ada kemajuan-kemajuan marilah kita akui dan terus kita dukung dan kalau ada kekurangan mari kita ingatkan dan sama-sama perbaiki. Tidak perlu kita maki-maki dan tuntut mundur saat ini, toh tidak ada jaminan pemimpin yang menggantikan lebih sakti dan lebih baik dari yang sekarang. Penurunan Presiden ditengah jalan perlu bila ia memang benar-benar tidak mampu atau melakukan sesuatu yang fatal. Dan pada pemilu nanti mereka akan dinilai oleh rakyat yang memilihnya. Kalau dia berhasil maka dia akan kembali terpilih dan kalau dia gagal maka rakyat akan menghukumnya dengan tidak memilihnya kembali, kecuali SBY yang tidak bisa maju lagi di 2014. Dengan demikian pergantian kepemimpin nasional tidak melalui gejolak yang lebih banyak membawa kerugian dan membawa bangsa ini semakin mundur ke belakang, akan tetapi melalui cara yang damai dan aman.
Sebab, apakah kalau seorang Presiden kita turunkan di tengah jalan ada jaminan penggantinya akan lebih baik? Contoh, misalkan SBY sekarang kita jatuhkan, siapakah calon pengganti yang lebih baik. Misalnya katakanlah Prabowo Subianto. Apakah secara otomatis ia akan bisa dilantik jadi Presiden begitu SBY turun? Tentu tidak, semua harus melalui mekanisme Pemilu. Apakah Gerindra akan mendapat suara yang besar? Bila tidak adakah partai lain yang akan mendukungnya? Kalau tidak, maka ia tidak bisa mencalonkan diri kalau suaranya tidak cukup. Kalaupun ada partai lain yang mendukung dan bisa mencalonkan diri belum tentu ia akan menang dalam Pemilu Presiden secara langsung oleh rakyat.
 Bagaimana bila kemudian pemenang Pilpres bukan Prabowo, tokoh yang kita anggap lebih baik dari SBY? Bagaimana bila yang jadi orang lain yang belum jelas track recordnya tetapi beruntung terpilih dalam Pilpres. Maka keadaan bukan menjadi makin baik, tetapi bisa jauh lebih buruk. Dan bisa ditebak, kita kecewa dan berusaha menurunkannya lagi, lagi dan lagi hingga kita tidak pernah membangun karena ribut dengan pergantian-pergantian Presiden.
Oleh karena itu, menurut hemat saya, kalau ada Presiden yang bagus, atau paling tidak “mendingan” maka janganlah kita “kuliti’ demi nafsu kekuasaan dan ketidaksabaran sebagian dari kita, kita cari kesalahan-kesalahannya untuk kemudian kita tumbangkan. Takutnya, Presiden pengganti yang terpilih melalui mekanisme yang ada malah tidak lebih baik. Belajarlah dari kejatuhan Pak Harto, waktu itu kita bersorak gembira saat beliau mengundurkan diri tetapi setelah kelelahan berganti-ganti Presiden akhirnya kita bergumam “Ternyata Pak Harto lebih baik dari Presiden-Presiden Masa Reformasi” Uuuu......terlambat, kenapa dulu diturunin????????(Dari berbagai sumber)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda