Senin, 27 Juni 2011

MEMBUMIKAN BUDAYA BACA
Oleh : Endarto,S.Pd
(Widyaiswara Badan Diklat Provinsi Banten)
Budaya membaca merupakan cerminan masyarakat modern. Masyarakat modern ditandai dengan kemajuan terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah mengapa pula kalau kita belajar sejarah ada dua pembagian jaman yaitu jaman prasejarah dan jaman sejarah. Jaman sejarah dimulai ketika manusia mulai mengenal tulisan dan otomatis juga kemampuan membaca tulisan tersebut yang kita ketahui dari monumen/prasasti, kitab-kitab, surat-surat, tanda di makam dan berbagai bentuk tulisan pada benda-benda peninggalan sejarah.
Dalam agama Islam sendiri, Surat monumental yang pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Iqra’ yang artinya “bacalah”. Padahal faktanya pada waktu itu Nabi SAW adalah seorang ‘umi’ yang tidak bisa baca tulis. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kemampuan membaca dan juga sekaligus menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Dan ini terbukti pada masa-masa selanjutnya dunia Islam mengalami kemajuan yang pesat sebelum akhirnya beralih ke barat.
Di Indonesia sendiri, awal jaman sejarah terekam dengan ditemukannya sebuah prasasti berupa Yupa peninggalan kerajaan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur yang diperkirakan ada sekitar tahun 400 Masehi. Setelah itu orang Jawa  mengenal tulisan huruf jawa yang diciptakan oleh Ajisaka. Selanjutnya dengan masuknya Islam ke tanah air mulai menjamurlah pendidikan Islam dengan berdirinya pesantren-pesantren di berbagai daerah. Pendidikan modern mulai dikenalkan oleh Belanda yang datang pada tahun 1596 walaupun kesempatan belajar hanya diberikan kepada orang Belanda, keturunan bangsawan dan anak-anak pegawai pemerintah Hindia Belanda. Pada masa ini pulalah Kartini ‘berontak’ ingin memiliki kesempatan belajar yang sama sebagaimana kesempatan yang dimiliki kaum lelaki. Dan akhirnya secara resmi berdirilah sekolah yang memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh rakyat Indonesia yaitu Taman Siswa di Yogyakarta yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara.
Setapak demi setapak bersamaan dengan bertambahnya usia Republik Indonesia,  pendidikan di Indonesiapun berkembang dari tingkat PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA sampai Perguruan Tinggi dan ini menyebar ke seluruh wilayah Indonesia walaupun tingkat perkembangannya berbeda-beda. Dengan semakin banyak rakyat Indonesia yang mengenyam pendidikan, secara otomatis semakin mengecilkan angka buta huruf, termasuk adanya program pemberantasan buta huruf yang memang dirancang secara khusus untuk itu.
Nah, secara angka jumlah penduduk yang buta huruf dari tahun ke tahun makin kecil. Akan tetapi ternyata ‘tuntutannya’ tidak cukup sampai disitu, karena tanpa kita sadari dunia luar terus berlomba untuk memajukan negaranya termasuk dunia pendidikannya. Akhirnya terbukalah mata kita yang semula kita sudah merasa berkembang pesat, ternyata negara-negara lain bergerak lebih cepat termasuk yang dulunya dibawah kita seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan beberapa negara lainnya. Mungkin karena wilayah kita terlalu luas, mungkin juga penduduk kita yang terlalu besar sementara dana pembangunan kita terbatas sehingga kita ’ketinggalan kereta’. Yang jelas kita tersadar bahwa dalam banyak hal kita telah tertinggal termasuk di bidang pendidikan.
Bicara masalah pendidikan sangat terkait erat dengan budaya baca. Makin banyak yang mengenyam pendidikan, makin banyak yang mampu membaca. Tetapi makin banyak yang bisa membaca tidak otomatis budaya bacanya tinggi, karena tidak semua yang mampu membaca punya hobi membaca. Semakin tinggi budaya baca suatu bangsa akan semakin mendukung kemajuan bangsa tersebut dalam berbagai bidang. Karena dengan membaca akan bertambahlah ilmu dan pengetahuan dalam berbagai hal sehingga mereka akan mendapatkan ilmu-ilmu baru yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehingga mereka semakin maju.
Akan tetapi sayangnya dalam budaya baca inipun kita ketinggalan jauh dengan negara-negara lain, berikut fakta-faktanya (Data tahun 2002) :
Ø Hampir semua kota-kota besar di Indonesia tidak punya perpustakaan yang memadai. (Perpustakaan yang memadai adalah salah satu ciri kota modern)
Ø Perpustakaan yang ada di sebagian kecil kota-kota besar sangat kecil jumlah kunjungan pembacanya. (Jakarta; Jumlah penduduk 10 juta orang. Kunjungan ke perpustakaan : 200 org/hari. Yang meminjam buku : 20%nya. )
Ø Dari 300.000 sekolah di Indonesia hanya 5% yang punya perpustakaan.
Ø Anak-anak kita berkali lipat lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV daripada membaca. (Jumlah waktu yang dipakai oleh anak-anak Indonesia menonton TV adalah 300 menit/hari. Bandingkan dengan anak-anak di Australia 150 mnt/hari, Amerika 100 mnt/hari, dan Kanada 60 mnt/hari).
Ø Bahkan di sekolah di mana anak-anak kita menghabiskan sebagian besar waktunya tidak memiliki program untuk menumbuhkan budaya membaca.
Ø Kita melompat dari kondisi pra-literer ke pasca-literer tanpa masuk ke kondisi atau budaya literer. Budaya menonton telah menguasai masyarakat kita.



JUMLAH PEMBACA SURAT KABAR
Idealnya    1 koran dibaca 10 orang
§ Indonesia         1 koran dibaca 45 orang
§ Filipina                        1 koran dibaca 30 orang
§ Srilanka           1 koran dibaca 38 orang

JUMLAH JUDUL BUKU YANG DITERBITKAN
Berdasarkan  penelitian International Publishers Association Kanada ;
o  Inggris                                   100.000 judul/tahun
o  Jerman                                     80.000 judul/tahun
o Jepang                           65.000 judul/tahun
o Indonesia                         5.000 judul/tahun
       READING SKILLS (KEMAMPUAN BACA)
-     Menurut International Association for Evaluation of Education (IEA) 1992 ;
Studi kemampuan membaca siswa SD Kelas IV pada 30 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 29 di atas Venezuela yang menempati peringkat terakhir.
-     Berdasar studi dari Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan Pendidikan “Education in Indonesia From Crisis to Recovery” tahun 1998 ;
PERBANDINGAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR
HONGKONG                75,5
SINGAPURA                 74,0
THAILAND                   65,1
FILIPINA                       52,6
INDONESIA                  51,7
MENGAPA BUDAYA MEMBACA KITA RENDAH?
     Kurangnya “political will” dari pemerintah.
     Kurangnya pemahaman dan kesadaran bangsa tentang pentingnya budaya membaca itu sendiri.
     Permasalahan budaya membaca dianggap belum merupakan critical problem. Banyak masalah lain yang lebih mendesak.
     Masih tingginya tingkat illiterasi di masyarakat.
     Historically, budaya literer tidak banyak ditemui di masyarakat kita. Budaya literer belum memasyarakat dan hanya ditemukan pada masyarakat kelas atas.
MENGAPA PERPUSTAKAAN KITA GAGAL MENUMBUHKAN BUDAYA BACA?
     Tidak tersedianya buku bacaan karena rendahnya jumlah perpustakaan di Indonesia dan rendahnya jumlah buku.
     Kurangnya SDM di bidang perpustakaan dan rendahnya kualitas pengetahuan dan ketrampilan mereka.
     Perpustakaan TIDAK pernah menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan kita secara nyata.

PERMASALAHAN MENDASAR
     Membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa. Membaca harus dijadikan kebutuhan hidup dan budaya bangsa kita.
     Mengadakan perubahan budaya masyarakat memerlukan suatu proses dan waktu panjang sekitar 1 atau 2 generasi. Ada pun ukuran waktu sebuah generasi adalah berkisar sekitar 15 – 25 tahun. Dibutuhkan “political will” dari pemerintah untuk mengatasi masalah mendasar ini secara cepat.

Nah itulah realita pahit yang ada, walaupun ini data tahun 2002, namun sampai sejauh ini kita masih merasakan bahwa budaya baca kita memang masih rendah. Semoga Sensus Penduduk Tahun 2010 ini mengungkap fakta baru tentang peningkatan pendidikan kita termasuk tingkat baca kita. Apalagi anggaran pendidikan kita telah melesat yaitu menjadi 20 % dari APBN yang dianggarkan untuk peningkatan kesejahteraan guru termasuk tunjangan sertifikasi, dana BOS, pembangunan gedung, beasiswa, pengadaan buku dan sarana-prasarana lainnya. Belum tambahan yang tidak kecil juga dari dana APBD di tiap daerah.
Untuk itu ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan budaya baca kita, yaitu dengan :
1.   Meningkatkan jumlah taman bacaan, perpustakaan daerah maupun perpustakaan sekolah.
2.   Melengkapi koleksi buku di semua perpustakaan dan perbaikan pengelolaannya.
3.   Diadakannya jam khusus kunjungan perpustakaan bagi anak sekolah.
4.   Pengadaan koran dan buku-buku murah.
5.   Pengaktifan perpustakan keliling termasuk mobil pintar  gagasan Ibu Ani Yudoyono dan SIKIB.
6.   Lomba Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Sekolah di tingkat Daerah maupun Nasional.
7.   Program ‘Koran Bersama’ semacam Majalah Dinding dimana setiap RT diwajibkan memiliki 1 Mading.
8.   Lebih sering dilakukan pameran buku, bedah buku dan bursa buku murah diberbagai daerah.
9.   Peningkatan penyebaran semacam‘lembar dakwah’ di setiap masjid pada hari jum’at.
10. Peningkatan jaringan internet di seluruh Indonesia.
11. Kalau kita bisa membagikan kompor dan tabung gas gratis kepada rakyat ‘kenapa tidak’ kita programkan pembagian buku gratis untuk masyarakat ?
Demikianlah beberapa terobosan yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan budaya baca kita. Ada satu perkembangan yang menggembirakan pada akhir-akhir ini yaitu peningkatan minat masyarakat terhadap internet dengan menjamurnya warnet di berbagai daerah termasuk penggunaan handphone yang dilengkapi fitur internet. Yang penting adalah mereka bukan hanya memburu situs-situs porno dan berfacebook ria tetapi juga mengakses berbagai informasi lain yang berguna. Ini terbukti dengan makin maraknya buku-buku baru yang muncul di toko-toko buku kita. Satu isu muncul, segera setelah itu muncullah bukunya seperti kasus Century, Bibit-Chandra, Susno Duadji, Kiamat 2012 dan sebagainya dimana sebagian referensinya berasal dari internet. Internet telah menjadi sumber informasi baru bagi masyarakat termasuk meningkatkan budaya menulis. Semoga budaya baca dan budaya tulis kita akan terus meningkat secara signifikan seiring dengan kemajuan bangsa di berbagai bidang.***(Diolah dari berbagai sumber)


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda